Rabu, 10 November 2010

Kompor pakai minyak solar????


Minyak solar (diesel fuel), adalah kandidat terbaik sebagai pengganti minyak tanah (kerosene). Di saat minyak tanah semakin langka, dan gas LPG sebagai pengganti susah di dapat dan mahal sekali, belum lagi resiko yang jauh lebih besar daripada kompor minyak tanah, maka adalah suatu keharusan untuk mendayagunakan apa yang telah ada sebagai pengganti.
Dan yang tersedia dengan volume yang cukup mudah dan murah mendapatkannya adalah minyak solar (diesel fuel) seharga 4500 rupiah per liter.

Mengapa menggunakan minyak solar, dibandingkan minyak tanah:

1. Bau kompor dengan minyak solar lebih bersahabat daripada bau kompor minyak tanah.
2. Minyak solar mempunyai kandungan energi lebih tinggi, sehingga lebih hemat energi dibanding dengan minyak tanah.
3. Minyak solar mempunyai supply yang jauh lebih mudah didapatkan daripada minyak tanah.
4. Sumbu kompor akan lebih awet, karena minyak solar mengandung parafin.
5. Minyak tanah mempunyai sifat lebih volatile daripada minyak solar, jadi minyak solar lebih aman di simpan.
6. Harga pasar Internasional, minyak solar lebih murah daripada minyak tanah

Mengapa menggunakan minyak solar (dengan kompor minyak tanah) dibandingkan dengan kompor gas?

1. Harga minyak solar yg di subsidi, jauh lebih murah daripada gas LPG (yang juga di subsidi).
2. Minyak solar lebih aman, handling lebih sederhana. Kejadian kompor gas meledak, lebih banyak daripada kompor biasa (kompor minyak tanah/solar)
3. Lebih hemat energi, karena kandungan kalor dari fossil fuel, lebih besar daripada gas...
4. Memanfaatkan apa yang sudah ada, tidak perlu investasi baru untuk beli kompor gas.
5. Menghemat APBN, karena pengadaan kompor gas bersubsidi oleh pemerintah, membebani APBN.
6. Minyak solar, dapat dibeli ketengan (literan), sedangkan gas LPG, harus dibeli minimum 3 kilogram, itupun kadang langka.

"Harga minyak tanah dan elpiji kini sangat mahal. Itu pun barangnya tidak ada hingga kami terpaksa menggunakan cara lain. Setelah dicoba, ternyata solar bisa menggantikan minyak tanah," kata Alan Sutarlan (30), warga Kp. Bojong Sayang, Desa Pananjung, Kec. Cangkuang, Kab. Bandung.

Dijelaskan Alan, pada awalnya dia sempat merasa takut saat mencoba kompornya menggunakan bahan bakar solar. Tapi setelah dicoba dan ternyata aman, dia pun meneruskannya hingga sekarang.

"Saat mencoba, kompor yang saya isi solar dibawa ke lapangan. Soalnya takut meledak saat dinyalakan. Tapi setelah dinyalakan dan ditunggu cukup lama tidak meledak, kompor itu saya bawa ke rumah. Sampai sekarang kompor saya pun masih menggunakan bahan bakar solar, sebab nyala apinya bagus seperti menggunakan minyak tanah," ujarnya sambil menambahkan, saat artikel ini ditulis, dia sudah menggunakan "kompor solar" tersebut sekitar satu bulan.

Menurut Alan, untuk menggantikan minyak tanah, solar pun harus di campur dengan garam atau lilin. Ini dilakukan agar tidak ada kerak dan menghilangkan bau solar.

"Untuk campurannya, setiap 1 liter solar saya campur 3 sendok garam. Kalau pakai lilin sepotong saja dan diiris terlebih dahulu," ujar Alan yang dibenarkan Ara (46), warga lainnya.

Ditanya apakah solar boros, Alan mengaku menggunakan minyak tanah dan solar dengan perbandingan yang sama. "Kalau satu liter minyak tanah bisa tiga hari, menggunakan solar pun sama tiga hari untuk satu liter," jelasnya.

Sementara itu dari hasil pengalaman saya sendiri, saya tidak perlu memodifikasi kompor tersebut. Bahkan untuk sumbunya pun tetap menggunakan sumbu kompor biasa. Perbedaannya hanya saat api dinyalakan. Bila api kompor minyak tanah cepat berwarna biru, kalau solar membutuhkan waktu yang lebih lama.

Begitu pun ketika api sudah berwarna biru, kompor tersebut tidak mengeluarkan asap maupun bau solar, seperti halnya knalpot kendaraan diesel.

Sekarang pertanyaannya adalah:
“Amankah memakai minyak solar? Apakah merusak lingkungan dan kompor?”
Sebagian besar orang yang sudah mencoba mengatakan “aman”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar